Headlines News :
Home » , , » Menyesal Terlahir Sebagai yang Bukan Mayoritas

Menyesal Terlahir Sebagai yang Bukan Mayoritas

Written By NATALIUS ABIDIN on Selasa, 21 Juni 2011 | 12:33:00 PM

Apa dan Siapa yang dianggap mayoritas di Indonesia ? Agama atau kepercayaan apa yang di anggap mayoritas di Indonesia, tentu anda tahu sendiri, tidak perlu dipertentangkan lagi, tidak perlu diragukan lagi, karena lebih dari 90% (tepatnya saya kurang tahu) adalah penganut Islam sebagai agamanya.
Ya, apa yang menyebabkan saya menyesal terlahir sebagai bukan yang meayoritas di Indonesia?
Alasannya ada 3, yaitu :
1. Karena saya ingin menjadi yang mayoritas, hal ini mungkin tidak akan kesampaian. Baru berjumlah sedikit aja udah hendak dibumi hanguskan dari tempat yang berisi sesak oleh yang mayoritas tadi (maaf, ini bukan untuk semua orang yang mayoritas, tetapi bagi yang berpikiran sempit saja, dan tidak mengerti akan keberagaman), tidak tenang beribadah, karena tempat ibadah kami katanya tidak memiliki IMB (Ijin Mendirikan Bangunan), rawan sekali di segel bahkan digusur (sebenarnya ini slah kami, mengapa mendirikan bangunan ibadah kami banyak-banyak, udah tahu di Indonesia Sebagai minoritas). Oleh karena itu saya ingin menjadi yang mayoritas biar tenang saat menghadap Allah (Ups, kata ini katanya dilarang ya dipake oleh umat selain yang mayoritas tadi, sorry !!). ada dua jalan yang mewujudkan keinginan saya menjadi mayoritas adalah 1). Pindah Agama ( Tetapi Tuhan saya gak mau dikhianatin), 2). Pindah warganegara ( Saya kan CINTA Indonesia ), huuuft...
2. Susah Mencari Pasangan, bhuahahaha, apa kaitannya jeng? Jelas ada dong jeng, begini ya, setiap kali ku jatuh cinta, kok sama yang tergolong mayoritas tadi ya (jelaslah, jumlah mereka kan lebih banyak) ya tentu sulit dong menjalani hubungan itu ? secara kita beda githu lho... pasti akan banyak yang menentang hubungan itu. Seandainya kami sama-sama ngotot untuk tetap menjalaninya, akhir-akhirnya pasti mentok karena masalah perbedaan itu, lalu pertanyaannya, siapa yang mau mengkhianati Tuhannya? tidak ada kan?
3. Yang ketiga ini mungkin hanya gambaran umumnya saja, mengapa saya menyesal terlahir sebagai yang bukan Mayoritas ? bayangkan aja deh, Indonesia kan ngakunya sebagai negara yang plural, tetapi kayaknya lebih condong ke mono plural seh, jangan tanya saya tentang istilah ini, saya sendiri aja gak bisa jawab apa maksudnya ( bingung mode : ON ), tetapi saya tetap bangga akan Indonesia, tetap berideologikan Pancasila, entah sampai kapan itu ? tapi sampai sekarang masih itu yang kutahu, siapa tahu esok negara NII akan terwujud di sini, di Indonesia, Ibu Periwiku, tumpah darahku. AKU CINTA INDONESIA....

Aku sangat-sangat menyesal terlahir sebagai yang bukan mayoritas, sendainya aku bisa memilih terlahir sebagai mayoritas, kan gak gini jadinya. Tapi apa mereka gak berpikir ya, seandainya mereka terlahir di posisiku? apa yang mereka rasakan, TUHAN adil dong !! jika memang Engkau menghendaki yang minoritas punah di negeri ini, mengapa engkau ciptakan ? apa engkau menginginkan kami sebagai kaum kafir, atau pasti masuk neraka ( seperti yang mereka percayai ) kenapa aku diposisi ini, jika mereka di posisi ini, apa mereka akan senang, di nyatakan pasti masuk neraka, kafir, najis dan sebagainya ? Tuhan Engkau tidak adil jika begini, jika aku sudah pasti masuk neraka karena aku dilahirkan bukan sebagai yang mayoritas ! ( NA )
Share this post :

+ komentar + 15 komentar

Selasa, Juni 21, 2011

Hmm... mantap mas.
Apa yang tertulis, adalah fakta yang tidak berani diakui oleh kaum mayoritas yang munfaik.

Dan saya sendiri juga menyesal terlahir sebagai kaum mayoritas, yang tidak pernah saya pesan sejak saya dilahirkan. Tapi begitu saya lahir, saya sudah menerima stempel jadi.

Tapi hari ini ...
Saya pun menjadi orang asing ditengah hiruk pikuk kaum mayoritas. Hingga akhirnya saya memiih untuk menjadi Tuhan dalam diri sendiri, agar tak seorang pun bisa mengusiknya.

Lanjutkan mas,
Tulisan seperti ini lebih berati ketimbang menulis kotbah yang sudah berulang-ulang ditulis oleh setumpuk blogger di dunia maya.

Selasa, Juni 21, 2011

Makasih banyak prof, mungkin ini isi hati saya, saya sangat-sangat menghargai orang-orang berjiwa besar seperti mas Anas...
Salam Blogger... Hahahahahai

Selasa, Juni 21, 2011

Bapak saya muslim, ibu saya kristen. Dua keluarga besar yang berbeda, sehingga saya yang menentukan sendiri agama apa yang mau saya anut. Kebetulan, keluarga besar bapak sebagian muslimnya rada2 keras kayak FPI gitu. Overall, saya melihat perbedaan perilaku kehidupan yang berbeda. Yang satu penuh kasih, yang satunya lagi kemrungsung. Mudah curiga dan mudah marah pada umat agama lain.

Kekristenan yang saya pilih awalnya melihat contoh cara hidup komunitas pada umumnya. Setelah masuk, kita "dipaksa" mengasihi siapapun tanpa syarat. Jadi suasananya baik. Saya tidak menyesal jadi Kristen.

Persoalannya, saya kemudian menikah dengan orang Islam (Reseh juga ya tinggal di Indonesia, susah cari pasangan). Maka saya juga tidak menyesal masuk Islam. Kasihnya saya bawa. Roh Kudusnya saya bawa. Karena saya nggak bisa dan nggak mau hilangkan karunia berbahasa roh. Eh, maaf, rada jauh komennya.

Selasa, Juni 21, 2011

hahahaha, mbak esther...
tajam komentnya... saya menyesal karena saya belum dapat jodoh, kalo mbak kan sudah...githu lhooo

Anonim
Rabu, Juni 22, 2011

Cara pandang Buddhis:

Saya tidak kenal Tuhan. Jadi kenapa saya dilahirkan menjadi minoritas, akibat dari perbuatan saya yang lalu. Mungkin dulu saya di mayoritas. Dan agak sewenang wenang dengan minoritas, sehingga sekarang saya lahir di negara yang seperti anda sebut di atas.

Dan ini idenya adalah, tidak menyalahkan siapa siapa, bahkan mahluk yang bernama Tuhan itu.

Hidup ini duka. Itu yang saya pahami.

Mayoritas juga paling sengsara, lihatlah paranoid mereka. Ada duka mayoritas, seperti duka orang kaya.

Ada juga duka minoritas, seperti duka orang miskin.

Tapi kedua kondisi ini. Mayoritas dan minoritas sama sama menderita.

Keinginan untuk menjadi mayoritas, justru menjadi penderitaan baru. Duka harus diterima, disadari dan dijalani. Bukan dengan kepala menunduk atau dada membusung. Tapi dengan kepercayaan diri yang tinggi.

Buktinya, prestasi di negri ini kebanyakan dilakukan kaum minoritas.

Entah sampai kapan?

KEmbali ke diri sendiri. Sampai kapan anda mengharap? Sampai kapan anda berhenti mengharap? Semakin sering anda mengharapkan menjadi mayoritas, penderitaan anda semakin tinggi.

Rabu, Juni 22, 2011

Kalo gitu saya akan tetap jadi minoritas bang lubis !!

Anonim
Rabu, Juni 22, 2011

Hehehehe... emang kenapa minoritas?

Kadang akdang minoritas itu juga sesuatu yang ekslusive.

Misalnya, kaum bangsawan di eropa itu kan minoritas, dibanding rakyat jelata? Berapa banyak keluarga kerajaan Inggris, Belanda, Monaco, Norway, Swedia dll? Dibanding dengan seluruh rakyat?

Dan, bila kamu pakai baju, yang menurut kamu cakep bagus banget.... eh, di pesta ada yang pake baju sama persis.... maka akan dicelutuki... beli kodian ya?

Minoritas itu eksklusive tahu! wakakakakakaka

Rabu, Juni 22, 2011

hahahaha, eksklusif pasti itu bang lubis makanya saya tetap mau jadi minoritas (gak sesuai dengan isi postingan, plin-plan)

Kamis, Juni 23, 2011

Tanggapan ane buat nmor 2 aja, "Ane justru jatuh cinta ama yang minoritas ni, belajar dari ane kalau mau mendapatkan yang minoritas asal ente ajarin ane mendapatkan yang mayoritas...wkakakakak"

Selebihnya http://www.inforedia.com/2011/06/saya-mayoritas-tapi-bangga-jadi.html

Kamis, Juni 23, 2011

Ralat:
Saya tidak menyesal masuk Islam. Tapi saya belum masuk Islam.

Hihihihi...

Jumat, Juni 24, 2011

EST : Lha terus apa dong??wkakakakak

Jumat, Juni 24, 2011

Kafiiirrr.... wakakakak....

Jumat, Juni 24, 2011

wkwkwkwkwkwk, huuuust, sesama kafir jgn ribut...

Anonim
Sabtu, Juni 25, 2011

Fakta di lapangan Bukan kaum Minoritas yang di diskriminasi.. Melainkan kaum minoritas... dimana2 media menyatakan Islam AGama Kekerasan.. agama yg memaksakan kehendak nya.. nah jikalau kaum mayoritas mungkin di katakan menindas kaum minoritas, kenapa sampe sekarang kaum minoritas masih berkembang dan terus berkembang? sejak jaman penjajahan, kaum minoritas bukan nya semakin berkurang, melainkan bertambah...

ada yg bilang FPI itu ormas yg anarkis, jangan hanya tertumpu pada laporan media aja deh.... Insiden monas yg menjadi acuan yg telah di manipulasi oleh Media..

Sabtu, Juni 25, 2011

anonim : siapa yg mengatakan kami berkaca dengan media? trus kami pun tidak bilang yg anda katakan. huehuehue

Posting Komentar

Komentar anda mungkin benar, apa yang kutulis juga tidak salah bukan?

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. KATA NATALIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger